Rabu, 20 Januari 2021

SENI BUDAYA KELAS 7 : MENERAPKAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

MATERI SENI BUDAYA KELAS 7 SEMESTER 2

BAB 9 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Materi ke 2 : Jenis dan Sifat Bahan Tekstil


Jenis dan Sifat Bahan Tekstil
Bahan tekstil memiliki keanekaragaman jenis dan bahan dasar yang berasal dari alam. Bahan dasar tekstil akan mempengaruhi sifat dari bahan tekstil yang telah diproduksi.
Jenis Serat
Pada dasarnya serat tekstil berasal dari tiga unsur utama, yaitu serat yang berasal dari alam(tumbuh-tumbuhan dan hewan), serat buatan(sintetis) dan galian (asbes, logam).
 a. Unsur utama serat tekstil
Berikut ini akan dijabarkan unsur utama serat tekstil 
1) Serat alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan antara lain: kapas, lenan, rayon, nenas, pisang. Serat alam yang berasal dari hewan yakni: dari bulu beri-beri, adapun bahan yang berasal dari serat tersebut adalah bahan wol.sedangkan serat dari ulat sutra menghasilkan bahan tekstil sutra
2) Serat buatan (termoplastik)  merupakan bahan tekstil yang berasal dari serat buatan ini adalah berupa Dacron, polyester, nylon.
3) Serat galian adalah bahan yang berasal dari dalam tanah, contoh asbes dan logam, benang logam, bahan asbes banyak digunakan untuk sumbu kompor minyak tanah, untuk mengisi aneka bunga yang berasal dari bermacam-macam bahan tekstil seperti: stoking, nylon, tula dan bahan rajutan.
4) Serat logam lebih banyak digunakan untuk membuat bermacam-macam jenis benang, seperti, benang emas, benang perak, tembaga, aluminium, selain itu ada pula benang logam yang dilapisi dengan plastik.
Apabila benang logam tersebut akan di tenun, sebaiknya di gabung dengan benang dari bahan lain. Hal ini disebabkan benang logam tersebut memiliki sifat kaku dan sukar dipelihara.
Benang logam ini banyak ditemukan pada bahan tekstil seperti:borkat, lame, tenunan songket yang ditemukan diseluruh daerah Indonesia antara lain: songket bali, songket pandai sikek, songket silungkang, songket kubang, songket palembang, songket Kalimantan, songket jambi dll.

Sifat Bahan Tekstil

Untuk dapat melakukan pemeliharan bahan tekstil dengan tepat dan benar, terlebih dahulu harus diketahui sifat-sifat dari bahan tersebut:
Katun
Sifat-sifat bahan katun adalah bersifat hidroskopis atau menyerap air, mudah kusut, kenyal, dalam keadaan basah kekutannya bertambah lebih kurang 25%, dapat disetrika dalam temperatur panas yang tinggi, katun lenan tersebut mengandung lilin, oleh sebab itu tidak perlu dikanji. Katun lenan ini tidak tahan chloor. Sementara rayon lebih licin dan mengkilap, tidak menghisap debu dan kotoran, karna kotoran itu melekat hanya pada permukaan bahan saja. Sedangkan sintetis sifatnya tidak jauh berbeda dengan katun lainnya
Wol
Bahan wol memiliki sifat sangat kenyal hingga tidak mudah kusut, bila wol dipanaskan ia akan menjadi lunak karena kenyalnya berkurang. Wol mengikat, panas, karena serabut wol keriting. Udara dalam pori-pori wol bertahan, bila dipakai dapat mengantarkan panas, wol tidak tahan akan nyengat.
Sutera
Bahan sutera memiliki sifat lembut, licin dan berkilap, kenyal dan kuat. Dalam keadaan basah sutera berkurang kekuatannya 15%. Bahan sutera tahan ngenyat, banyak menghisap air dan bila dipergunakan memberi rasa sejuk.
Dacron, Polyester dan Nylon
Bahan tekstil ini apabila dicuci cepat menjadi kering, tidak kusut jadi tidak perlu di setrika, kuat dan tahan lama dipergunakan, lebih tahan panas.
Brokat, Lame dan Songket
Bahan tekstil yang berasal dari brokat, lame dan songket ini mudah berubah warna, tidak mudah kusut, kurang menyerap air, tidak tahan temperatur setrika yang tinggi.
Sumber:

Senin, 09 November 2015

PEDAGOGIS DAN ANDRAGOGIS


Mencoba belajar memahami cara mengajar,mendidik,dan menghasilkan generasi penerus bangsa meski tak sehebat para guru dan dosen, para pendidik yang berpengalaman di bidangnya, setidaknya catatan ini untuk mengingatkan pada siri sendiri bagaimana memahami cara belajar....oke sob semoga bermanfaat...mari belajar bersama...

Pengertian Pedagogis dan Andragogis 
Pedagogis adalah ilmu atau seni mengajar anak-anak, proses pembelajaran terpusat pada guru atau pengajar.
Andragogis adalah ilmu atau seni mengajar orang dewasa, proses pembelajaran terpusat pada peserta didik.

Pembelajaran yang bercorak pedagogik hanya akan menghasilkan budaya bisu (the cultural of silence). Peserta didik hanya diposisikan sebagai obyek yang harus menuruti kemauan guru.
Dengan pembelajaran yang bercorak andragogik maka peserta didik menjadi mitra belajar bagi guru itu sendiri. Guru dan peserta didik menjadi sama-sama belajar, ada keharmonisan dan kehangatan dalam belajar karena keduanya merasa di”manusiakan” .
Pembelajaran andragogik juga menekankan pada problem solver sehingga teori yang diajarkan akan menjadi pisau analisis terhadap realitas yang ada, bukannya terbatas sebagai alat untuk menjawab soal dalam ujian.

Dari Pedagogis ke Andragogis

Perintis methode Andragogis adalah John Dewey yang mempraktekkannya di University of Chicago tahun 1896. Kemudian dikembangkan Edward C.Linderman via buku ” The Meaning of Adult Education ” tahun 1926, Martha Anderson melalui ” Education Through Experience” tahun 1927. Selanjutnya methode ini disempurnakan oleh Malcolm Knowles (1913-1997).
1.Konsep diri peserta didik
• Pedagogis : Pribadi yang bergantung kepada gurunya
• Andragogis : Semakin mengarahkan diri (self-directing)
2. Pengalaman peserta didik
 • Pedagogis : Masih harus dibentuk daripada digunakan sebagai sumber belajar
 • Andragogis : Sumber yang kaya untuk belajar bagi diri sendiri dan orang lain
3. Kesiapan belajar peserta didik
• Pedagogis : Seragam (uniform) sesuai tingkat usia dan kurikulum
• Andragogis : Berkembang dari tugas hidup & masalah
 4. Oriensi dalam belajar
• Pedagogis : Orientasi bahan ajar (subject-centered)
• Andragogis : Orientasi tugas dan masalah (task or problem centered)
5. Motivasi belajar
• Pedagogis : Dengan pujian, hadiah, dan hukuman
• Andragogis : Oleh dorongan dari dalam diri sendiri (internal incentives, curiosity)

1. Orang dewasa perlu dibina untuk mengalami perubahan dari kebergantungan kepada pengajar kepada kemandirian dalam belajar. Orang dewasa mampu mengarahkan dirinya mempelajari sesuai kebutuhannya.
2. Pengalaman orang dewasa dapat dijadikan sebagai sumber di dalam kegiatan belajar untuk memperkaya dirinya dan sesamanya. 
3. Kesiapan belajar orang dewasa bertumbuh dan berkembang terkait dengan tugas, tanggung jawab dan masalah kehidupannya. 
4. Orientasi belajar orang dewasa harus diarahkan dari berpusat pada bahan pengajaran kepada pemecahan-pemecahan masalah. 
5. Motivasi belajar orang dewasa harus diarahkan dari pemberian pujian dan hukuman kepada dorongan dari dalam diri sendiri serta karena rasa ingin tahu. Selain itu Knowles juga melihat perbedaan proses pembelajaran orang dewasa dengan anak-anak dalam tujuh aspek utama, yaitu suasana, perencanaan, diagnosa kebutuhan, penentuan tujuan belajar, rumusan rencana belajar, kegiatan belajar dan evaluasinya. 

UNSUR-UNSUR PROSES 
 1. Suasana 
• Pedagogis : Tegang, rendah dalam mempercayai, formal, dingin, kaku, lambat, orientasi otoritas      guru, kompetitif dan sarat penilaian 
• Andragogis : Santai, mempercayai, saling menghargai, informal, hangat, kerjasama, mendukung 

2. Perencanaan 
• Pedagogis : Utamanya oleh guru 
• Andragogis : Kerjasama peserta didik dengan fasilitator 

3. Diagnosa kebutuhan 
• Pedagogis : Utamanya oleh guru 
• Andragogis : Bersama-sama: pengajar dan peserta didik 

4. Penetapan tujuan 
• Pedagogis : Utamanya oleh guru 
• Andragogis : Dengan kerjasama dan perundingan 

5. Desain rencana belajar 
• Pedagogis : Rencana bahan ajar oleh guru, Penuntun belajar(course syllabus) dibuat guru, Sekuens    logis(logical sequence), pembelajaran oleh guru. 
• Andragogis : Perjanjian belajar(learning contracts), Projek belajar(learning projects), Urutan belajar atas dasar kesiapan(sequenced by readiness) 

6. Kegiatan belajar
• Pedagogis : Tehnik penyajian(transmitt al techniques), Tugas bacaan(assigned readings) 
• Andragogis : Projek untuk penelitian(inquiry projects), Projek untuk dipelajari(learning projects), Tehnik pengalaman(experien tial techniques) 

7. Evaluasi belajar 
• Pedagogis : Oleh guru, Berpedoman pada norma(on a curve), Pemberian angka 
• Andragogis : Oleh peserta didik berdasarkan evidensi yang dipelajari oleh rekan-rekan, fasiltator, ahli(by learner-collected evidence validated by peers, facilitators, experts), Referensinya berdasarkan criteria(criterion- referenced) 

 sumber : 
http://dedi.dcc.ac.id/pendagogis-vs-andragogis/. https://pedagogikapgsd.wordpress.com/2011/08/02/pengertian-pedagogis-dan-andragogis/

Sabtu, 03 Agustus 2013

SUHOSIN


Rohmatun Yuliani
NIM: STI201000564
 
SUHOSIN

Suhosin adalah sistem perlindungan canggih untuk instalasi PHP yang dirancang untuk melindungi server dan pengguna dari kelemahan yang dikenal dan tidak dikenal dalam aplikasi PHP dan inti PHP. Suhosin datang dalam dua bagian independen, yang dapat digunakan secara terpisah atau dalam kombinasi. Bagian pertama adalah patch kecil terhadap inti PHP, yang mengimplementasikan beberapa tingkat rendah perlindungan terhadap bufferoverflows atau format string kerentanan dan bagian kedua adalah ekstensi PHP yang kuat yang mengimplementasikan semua perlindungan lain.
Berbeda dengan PHP Pengerasan-patch Suhosin adalah biner kompatibel untuk instalasi PHP normal, yang artinya adalah kompatibel dengan pihak ke-3 ekstensi biner seperti ZendOptimizer. Untuk mendapatkan suhosin Anda dapat mengunjungi situs http://www.hardened-php.net/suhosin

Suhosin merupakan  bagian dari projek Hardened PHP, yaitu projek untuk membuat PHP lebih aman. Suhosin berupa extension PHP yang akan mengecek berbagai hal seperti input yang mencurigakan (untuk mendeteksi SQL injection misalnya), mencegah terjadinya bug pada Zend engine, membuat setting default PHP menjadi lebih secure (misalnya mematikan fitur remote include by default), dsb. Keterangan lebih detil mengenai fitur dan cara penggunaan Suhosin bisa dibaca di homepage Suhosin.
Demi keamanan yang lebih baik, di server hosting, instalasi PHP diperlengkapi dengan Suhosin mulai bulan Januari 2007.

PHP diperlengkapi Suhosin bukanlah "silver bullet" atau solusi menyeluruh yang sudah sempurna. Faktor terpenting menjaga keamanan tetaplah berada di tangan Anda sebagai programer/developer untuk tetap melakukan programming secara secure dan memasang aplikasi/library PHP yang up to date.

Pertanyaan paling penting untuk pengguna baru suhosin adalah, mengapa  mereka harus menggunakan suhosin, jika benar-benar dibutuhkan dan apa yang mereka dapatkan dengan menggunakan patch, extension, atau kombinasi dari keduanya?  Jawaban dari pertanyaan tersebut bergantung pada untuk apa anda menggunakan PHP. Jika Anda menggunakan PHP hanya untuk server Anda sendiri dan hanya untuk script dan aplikasi milik Anda sendiri, maka Anda bisa menilai sendiri, jika Anda cukup mempercayai code Anda sendiri. Dalam kasus seperti ini kemungkinan besar Anda tidak memerlukan extension Suhosin. Karena sebagian besar fitur-fiturnya dimaksudkan untuk melindungi server dari serangan tehnik-tehnik kerentanan programming. Bagaimanapun PHP adalah sebuah bahasa pemrograman yang sangat kompleks dengan banyak perangkap yang jarang diawasi selama pengembangan aplikasi. Bahkan programmer PHP core menulis code secara tidak aman dari waktu ke waktu, karena mereka tidak tahu tentang adanya perangkap PHP. 

Karena itu memiliki Suhosin sebagai jaring pengaman Anda adalah sebuah ide yang bagus. Suhosin-patch disisi lain datang dengan perlindungan Zend Engine, fitur yang melindungi server Anda dari kemungkinan bufferoverflows dan kerentanan di dalam Zend Engine. Sejarah telah menunjukkan bahwa beberapa bug ini selalu ada di versi PHP sebelumnya.

...sedikit pengetahuan  tentang suhosin dengan harapan manfaat yang besar bagi kita semua...



Selasa, 07 Agustus 2012

JAWABAN JARINGAN KOMPUTER TEORI UAS SMT 5

NAMA : ROHMATUN YULIANI
NIM     : SIA 201029
MATA KULIAH : JARINGAN KOMPUTER
DOSEN : NAHAR MARDIYANTORO,M.Kom.

JAWABAN UAS SEMESTER 5 JARINGAN KOMPUTER (TEORI)


1.  Mode yang berlaku di Wireless LAN (WLAN) antara lain : infastruktur dan Ad-Hoc
* Konfigurasi infrastruktur adalah komunikasi antar masing- masing PC melalui sebuah access point pada WLAN atau LAN. Pada mode infrastruktur access point berfungsi untuk melayani komunikasi utama pada jaringan wireless. Access point mentransmisikan data pada PC dengan jangkauan tertentu pada suatu daerah. Penambahan dan pengaturan letak access point dapat memperluas jangkauan dari WLAN. Mode infrastruktur dapat digunakan jika komputer pada jaringan wireless ingin mengakses jaringan kabel atau berbagi printer.
* Komunikasi Ad -Hoc (peer to peer) adalah komunikasi secara langsung antara masing- masing komputer dengan menggunakan piranti wireless. Penggunaan kedua mode ini tergantung dari kebutuhan untuk berbagi data atau kebutuhan yang lain dengan jaringan berkabel. Pada mode Ad- Hoc ini, untuk melakukan interaksi dengan komputer lain, semua komputer yang akan dihubungkan harus memiliki wireless adapter atau untuk Laptop memiliki fasilitas Wi- Fi . Salah satu komputer pada mode ini dijadikan SSID Broadcaster.

2.  POE (Power Over Ethernet)  adalah alat yang bermanfaat untuk menghemat suplai listrik pada wireless router, sangat berguna untuk menghemat space box client agar DC  Power Suplay tidak perlu lagi di simpan dan disatukan kedalam box, yang sangat rakus space dan pengerjaan yang tidak rapi serta berantakan yang cukup membebani tiang antenna serta meningkatkan tempratur dalam box tersebut yang dapat mempengaruhi umur dari Wireless Router itu sendiri yang juga cukup memperbesar ukuran box tersebut. PoE (Power Over Ethernet) mengacu pada infrastruktur kabel yang ada tanpa perubahan apapun dalam kasus terminal berbasis IP dapat mengirimkan sinyal data pada saat yang sama, tetapi juga untuk memberikan catu daya DC peralatan seperti teknologi. POE bisa menyimpan banyak sumber daya, dengan standar 802.3af IEEE untuk mendirikan sejumlah besar aplikasi dengan cepat muncul, termasuk titik akses Bluetooth, printer jaringan, telepon IP, kamera web, jembatan nirkabel, akses pembaca kartu kendalidan sistem pemantauan.

3. Faktor yang mempengaruhi kualitas/performance dari  jaringan berbasis wireless adalah jenis antenna,letak antenna dan kekuatan daya pancar frekuensi dari acces point, jarak dan gangguan cuaca semakin jauh jarak antenna semakin buruk siyal yang didapat, tegangan listrik dapat menjadi ganguan bila tegangan listrik  tidak stabil, mati atau tidak berfungsinya komponen pada perangkat wireless, ganguan juga dapat terjadi dari software yang ada di Server atau PC client,ganguan ini bisa disebabkan oleh tidak jalannya aplikasi di wireless, konflik IP ( Internet Protocol ),tidak jalannya proses proxy server pada server, dan masih banyak lagi jenis ganguan software lainnya, solusinya adalah Admin harus menguasaistandart server dan client. Dan lain sebagainya.

4. WDS sampai saat ini diperlukan bagi koneksi wireless pada infrastruktur yang tidak mampu tercover oleh 1 perangkat wireless/access point karena WDS merupakan suatu system perluasan jaringan dimana hal ini memungkinkan kita membangun infrastruktur wireless tanpa harus membangun backbone kabel jaringan  sebagai interkoneksi antar bridge, dimana kita tidak memungkinkan memasang jaringan kabel karena lebih mahal, terbatas atau secara fisik memang tidak kmemungkinkan untuk membuat jaringan kabel.
Perbedaan WDS mode bridge dan mode repeater adalah :
  • Wireless Bridge, merupakan komunikasi dua arah antara Access  Point  WDS satu dengan AP lainnya (antar AP) akan tetapi tidak membolehkan wireless clients atau Station (STA) untuk mengaksesnya
      Wireless Repeater dimana access point berkomunikasi satu sama lain dan juga dengan wireless Station (STA)


5.   Kekuatan daya dari AP yang diterima atau dipancarkan dengan polarisasi antenna yaitu apabila kita akan memasang AP pada suatu ruang maka yang diperhatikan adalah letak posisi ruangan dan kondisi bangunan yang akan kita pasang seperti apa. Hal ini untuk mempermudah pemasangan AP dengan antena pemacar sehingga sinyal yang di hasilakan akan tersebar luas secara merata. Karena dengan penempatan yang baik maka aan menghasilkan  pacaran sinyal  yang di terima secara maksimal. 


 

Selasa, 08 Mei 2012

ETIKA PROFESI

TUGAS MATA KULIAH : ETIKA PROFESI
DOSEN  : ERVAN RUSDI,M.Kom
NAMA     : ROHMATUN YULIANI
NIM          : SIA201029

ETIKA PROFESIONAL DALAM PENDIDIKAN

Pengertian Etika dan Profesional
 
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu kata “ethos” yang berarti suatu kehendak atau kebiasaan baik yang tetap. Yang pertama kali menggunakan kata-kata itu adalah seorang filosof Yunani yang bernama Aris Toteles ( 384 – 322 SM ).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika / moral adalah ajaran tentang baik dan buruk mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya.
Menurut K. Bertenes, Etika adalah nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang dalam mengatur tingkah lakunya.


Dari pengertian di atas, disimpulkan bahwa Etika merupakan ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan tingkah laku ( akhlak ). Jadi, Etika membicarakan tingkah laku manusia yang dilakukan dengan sadar di pandang dari sudut baik dan buruk sebagai suatu hasil penilaian.


Adapun yang dibicarakan dalam hal ini, yaitu etika profesi, yang menyangkut hubungan manusia dengan sesamanya dalam satu lingkup profesi serta bagaimana mereka harus menjalankan profesinya secara profesional agar diterima oleh masyarakat yang menggunakan jasa profesi tersebut. Dengan etika profesi diharapkan kaum profesional dapat bekerja sebaik mungkin, serta dapat mempertanggung jawabkan tugas yang dilakukannya dari segi tuntutan pekerjaannya.


Profesional adalah merupakan yang ahli dibidangnya, yang telah memperoleh pendidikan atau pelatihan khusus untuk pekerjaannya tersebut.
Profesional merupakan suatu profesi yang mengandalkan keterampilan atau keahlian khusus yang menuntut pengemban profesi tersebut untuk terus memperbaharui keterampilannya sesuai dengan perkembangan teknologi.
Untuk menjadi seseorang yang profesional, seseorang yang melakukan pekerjaan dituntut untuk memiliki beberapa sikap sebagai berikut :


1. Komitmen Tinggi
    Seorang profesional harus mempunyai komitmen yang kuat pada pekerjaan yang sedang dilakukannya.
2. Tanggung Jawab
    Seorang profesional harus bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan yang dilakukannya sendiri.
3. Berpikir Sistematis
   Seorang yang profesional harus mampu berpikir sitematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya.
4. Penguasaan Materi
    Seorang profesional harus menguasai secara mendalam bahan / materi pekerjaan yang sedang dilakukannya.
5. Menjadi bagian masyarakat profesional
   Seyogyanya seorang profesional harus menjadi bagian dari masyarakat dalam lingkungan profesinya.
 

2.2 Kode Etik Guru Profesional
 

Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.


Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Dalam proses pendidikan, banyak unsur-unsur yang terlibat agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik. Salah satunya adalah guru sebagai tenaga pendidik. Guru sebagai suatu profesi kependidikan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Dalam hal itu, guru sebagai jantung pendidikan dituntut semakin profesional seiring perkembangan ilmu dan teknologi. Etika profesional guru dituntut dalam hal ini. Etika yang harus dimiliki oleh seorang pendidik sesuai kode etik profesi keguruan. Berikut adalah kode etik profesi keguruan (dikutip Soetjipto dan kosasi, 1994:34-35).
 

Kode Etik Guru Indonesia
 

Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap tuhan yang maha esa, bangsa, dan negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia kepada Undang-Undang dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. oleh sebab itu, guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sbagai berikut:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa     Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesinya, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
 

Dari sembilan kode etik tersebut diatas, kami hanya membahas lima kode etik saja. Berikut secara rinci akan diuraikan satu-persatu.
 

2.2.1 Etika Guru Profesional Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
 

Pada butir kesembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa “Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan”. Dengan jelas bahwa dalam kode etik tersebut diatur bahwa guru di Indonesia harus taat akan peraturan perundang-undangan yang di buat oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasonal.
Guru merupakan aparatur negara dan abdi negara dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, guru mutlak harus mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan dan melaksanakannya sebagaimana aturan yang berlaku. Sebagai contoh pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu mengubah kurikulum dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetensi dan kemudian diubah lagi menjadi KTSP dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam kurikulum tersebut, secara eksplisit bahwa hendaknya guru menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajarannya. Seorang guru yang profesional taat akan peraturan yang berlaku dengan cara menerapkan kebijakan pendidikan yang baru tersebut dan akan menerima tantangan baru tersebut, yang nantinya diharapkan akan dapat memacu produktivitas guru dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional.

2.2.2 Etika Guru Profesional Terhadap Anak Didik

Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dalam membimbing anak didiknya Ki Hajar Dewantara mengemukakan tiga kalimat padat yang terkenal yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Dari ketiga kalimat tersebut, etika guru terhadap peserta didik tercermin. Kalimat-kalimat tersebut mempunyai makna yang sesuai dalam konteks ini.
Pertama, guru hendaknya memberi contoh yang baik bagi anak didiknya. Ada pepatah Sunda yang akrab ditelinga kita yaitu “Guru digugu dan Ditiru” (diikuti dan diteladani). Pepatah ini harus diperhatikan oleh guru sebagai tenaga pendidik. Guru adalah contoh nyata bagi anak didiknya. Semua tingkah laku guru hendaknya jadi teladan. Menurut Nurzaman (2005:3), keteladanan seorang guru merupakan perwujudan realisasi kegiatan belajr mengajar, serta menanamkan sikap kepercayaan terhadap siswa. Seorang guru berpenampilan baik dan sopan akan sangat mempengaruhi sikap siswa. Sebaliknya, seorang guru yang bersikap premanisme akan berpengaruh buruk terhadap sikap dan moral siswa. Disamping itu, dalam memberikan contoh kepada peserta didik guru harus dapat mencontohkan bagaimana bersifat objektif, terbuka akan kritikan, dan menghargai pendapat orang lain.
Kedua, guru harus dapat mempengaruhi dan mengendalikan anak didiknya. Dalam hal ini, prilaku dan pribadi guru akan menjadi instrumen ampuh untuk mengubah prilaku peserta didik. Sekarang, guru bukanlah sebagai orang yang harus ditakuti, tetapi hendaknya menjadi ‘teman’ bagi peserta didik tanpa menghilangkan kewibawaan sebagai seorang guru. Dengan hal itu guru dapat mempengaruhi dan mampu mengendalikan peserta didik.
Ketiga, hendaknya guru menghargai potensi yang ada dalam keberagaman siswa. Bagi seorang guru, keberagaman siswa yang dihadapinya adalah sebuah wahana layanan profesional yang diembannya. Layanan profesional guru akan tampil dalam kemahiran memahami keberagaman potensi dan perkembangan peserta didik, kemahiran mengintervensi perkembangan peserta didik dan kemahiran mengakses perkembangan peserta didik (Kartadinata, 2004:4).
Semua kemahiran tersebut perlu dipelajari dengan sungguh-sungguh dan sistematis, secara akademik, tidak bisa secara alamiah, dan semua harus terinternalisasi dan teraktualisasi dalam perilaku mendidik.
Sementara itu, prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani. Peserta didik tidak hanya dituntut berlimu pengetahuan tinggi, tetapi harus bermoral tinggi juga. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan di masa depan. Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek semata yang harus patuh pada kehendak dan kemauan guru.

2.2.3 Etika Guru Profesional terhadap pekerjaan
 
Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang mulia. Sebagai seorang yang profesional , guru harus melayani masyarakat dalam bidang pendidikan dengan profesional juga. Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus dapat menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat. Keinginan dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh sebab itu, guru selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan mutu layanannya. Keharusan meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir keenam dalam Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi “Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya”.
Secara profesional, guru tidak boleh dilanda wabah completism, merasa diri sudah sempurna dengan ilmu yang dimilikinya, melainkan harus belajar terus menerus (Kartadinata, 2004:1). Bagi seorang guru, belajar terus menerus adalah hal yang mutlak. Hal ini karena yang dihadapi adalah peserta didik yang sedang berkembang dengan segala dinamikanya yang memerlukan pemahaman dan kearifan dalam bertindak dan menanganinya.
Untuk meningkatkan mutu profesinya, menurut Soejipto dan kosasi ada ua cara yaitu cara formal dan cara informal. Secara formal artinya guru mengikuti pendidikan lanjutan dan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya. Secara informal dapat dilakukan melalui televisi, radio, koran, dan sebagainya.
 
2.2.4 Etika Guru Profesional Terhadap Tempat kerja
 
Sudah diketahui bersama bahwa suasana yang baik ditempat kerja akan meningkatkan produktivitas. Ketidakoptimalan kinerja guru antara lain disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak menjamin pemenuhan tugas dan kewajiban guru secara optimal.
Dalam UU No. 20/2003 pasal 1 bahwa pemerintah berkewajiban menyiapkan lingkungan dan fasilitas sekolah yang memadai secara merata dan bermutu diseluruh jenjang pendidikan. Jika ini terpenuhi, guru yang profesional harus mampu memanfaatkan fasilitas yang ada dalam rangka terwujudnya manusia seutuhnya sesuai dengan Visi Pendidikan Nasional.
Disisi lain, jika kita dihadapkan dengan tempat kerja yang tidak mempunyai fasilitas yang memadai bahkan buku pelajaran saja sangat minim. Bagaimana sikap kita sebagai seorang guru? Ternyata, keprofesionalan guru sangat diuji disini. Tanpa fasilitas yang memadai guru dituntut untuk tetap profesional dalam membimbing anak didik. Kreatifitas guru harus dikembangkan dalam situasi seperti ini.
Berkaitan dengan ini, pendekatan pembelajaran kontekstual dapat menjadi pemikiran para guru untuk lebih kreatif. Dalam pendekatan ini, diartikan strategi belajar yang membantu guru mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya drngan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, sikap profesional guru terhadap tempat kerja juga dengan cara menciptakan hubungan harmonis di lingkungan tempat kerja, baik di lingkungan sekolah, masyarakat maupun dengan orang tua peserta didik.
 
3. Penutup
Etika profesional seorang guru sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional. Seorang guru baru dapat disebut profesional jika telah menaati Kode Etik Keguruan yang telah ditetapkan.